Notification

×

Kategori Artikel

Cari Artikel

Iklan

Iklan

Indeks Artikel

Tag Terpopuler

Jenis-jenis Tes Evaluasi Pembelajaran

Minggu, 19 Desember 2021 | 21.31 WIB Last Updated 2021-12-28T17:23:44Z

Dalam proses pembelajaran ada emapt langkah utama yang menjadi tugas guru, yaitu dengan merumuskan tujuan pembelajaran, metode, alat, dan evaluasi pembelajaran. (Rustaman, dkk. 2003). Evaluasi merupakan hal proses yang sangat penting dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena dengan adanya evaluasi hasil dari proses dapat diukur dan dinilai berdasarkan dengan pengujian pemahaman materi yang diserap Selama proses belajar dikelas. 

Diera globalisasi yang semakin maju, dengan masyarakat yang saling berlomba-lomba untuk mengejar dunia pendidikan hingga kejenjang yang lebih tinggi. Dengan perkembangan pendidikan yang semakin baik. Namun, dengan banyaknya lembaga pendidikan yang terbilang masih baru, seringkali terjadi kekeliruan dalam melakukan evaluasi pembelajaran, baik dari segi indicator yang ingin dicapai, atau dari segi pelaksaaan evaluasi yang terkadang tidak dengan metode yang sesuai dengan keadaan lingkungannya. Metode evaluasipun semakin berkembangan, yaitu dengan adanya proses yang diambil dalam melakukan evaluasi, baik dari perencaan, pelaksanaan, ataupun follow up yang akan dilakuka ketika telah melakukan evluasi. Maka pengadaan tes pada sekolah efetive digunakan sebagai pengukur kemampuan siswa baik dari kemampuan wawasan, skiil, dll. 

Pengertian Tes

Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang strait(sifat) atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa. tes pembelajaran juga dapatkan diartikan sebagai suatu cara untuk mengukur kemajuan siswa dalam belajar, serta mengukur kemampuan siwa baik dari segi kemampuan akdemik maupun sikap dan keterampilan. 

Ciri-ciri Tes Yang Baik

Tes pembelajaran merupakan evaluasi hasil belajar yang digunakan dengan metode tertulis atau lisan yang memiliki ciri umum sebagai berikut:
  1. Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila tes itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat ukur yang digunakan tepat
  2. Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering diartikan dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan berulang-ulang memberikan hasil yang sama.
  3. Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes.
Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan reliable.

Bentuk penilaian Tertulis

Pada evaluasi tertulis waktu yang digunakan lebih singkat dengan mengrejakan uraian atau pilahan ganda.

1. Uraian atau essay

Uraian essay merupakan tes tertulis yang disajikan dalam bentuk pengisian kalimat dan dapat didefinisakan juga sebagai tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri.. namun ada macam ujian tertulis yang disusun sedemikian rupa sehingga macam ujian ini menjadi relative efektif, yaitu:
  • Jawaban singkat
  • Menyelesaikan kalimat
  • Mengingat kembali hal-hal penting
  • Mengisi istilah-istilah penting, dan
  • Uraian (essay)
 
Jenis tes ini (disebut juga tes uraian) menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan, menyusun, dan memadukan gagasan yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Tes jenis ini memungkinkan siswa menjawab pertanyaan secara bebas. Tes uraian (essay tes), yang sering juga dikenal dengan istilah tes objektif, dalam tes uraian ada beberapa karakteristik yang menjadi ciri dari tes tertulis, diantaranya adalah:
  • Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
  • Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya.
  • Ketiga, jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir.
  • Keempat, pada umumnya butir-butir soal tersebut diawali dengan katakata: jelaskan, mengapa, bagaimana, atau kata-kata lain yang serupa dengan itu. (Anas Sudijono, 2008: 100)

Beberapa keunggulan dan kelemahan dari tes bentuk esai
 

Keunggulan

  1. Memungkinkan siswa menjawab pertanyaan tes secara bebas
  2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuannyabdalam hal menulis, mengutarakan ide-ide atau jalan pikirannya secara terorganisir, berpikir kreatif dan kritis
  3. Merupakan tes terbaik untuk mengukur kemampuan siswa mengemukakan pandangan dalam bentuk tulisan
  4. Merupakan tes terbaik untuk mengukur kemampuan siswa menjelaskan, membandingkan, merangkumkan, membedakan, menggambarkan dan mengevaluasi suatu topik atau pokok bahasan.
  5. Relatif lebih mudah menyusun pertanyaannya dibandingkan dengan tes bentuk obyektif
  6. Sangat memperkecil kemungkinan siswa menebak jawaban yang benar
  7. Dapat menggalakkan siswa untuk mempelajari secara luas konsepkonsep dan generalisasi yang berkaitan dengan topic pembahasan/pengajaran

Kelemahan

  1. Sukar diskor secara benar-benar obyektif, walaupun itu tes yang dikualifikasi sebagai tes uraian obyektif sekalipun
  2. Membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan
  3. Jumlah pokok bahasan/subpokok bahasan yang dapat diambil sebagai sumber pertanyaaan sangat terbatas
  4. Membutuhkan waktu yang jauh lebih lama bagi guru untuk membaca dan menilai semua jawaban siswa
  5. Sering terbuka untuk hallo effect yang berupa kecenderungan untuk memberi nilai tinggi bagi siswa yang dianggap/dinilai mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman sekelasnya. (Suke Silverius, 1991:63-65)

2. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Dalam Journal of Educational Enquiry disebutkan Multiple-choice questions are an efficient means of knowledge assessment (particularly in well defined subjects that do not change with time. They are a widely used assessment ). Artinya yakni beberapa pertanyaan pilihan merupakan sarana yang efisien dalam penilaian (Khususnya untuk mata pelajaran yang tidak berubah dengan waktu). Bentuk tes pilihan ganda banyak digunakan dalam metodologi penilaian. Dan dalam jurnal internasional yang lain disebutkanA conventional multiple-choice test is one of the most widely used assessment methods. When faced with a question in a conventional multiplechoice test, a candidate must evaluate each option and choose the most (Annie W.Y. Ng dan Alan H.S. Chan, 2009: 1). Artinya yakni tes pilihan ganda konvensional adalah salah satu bentuk tes yang paling banyak digunakan metode penilaian. Ketika seorang siswa diberi pertanyaan dalam bentuk tes pilihan ganda konvensional, seorang siswa harus mengevaluasi setiap pilihan dan memilih salah satu yang paling sesuai.


Kelebihan bentuk tes Pilihan Ganda

1. Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang kemampuan berfikir dalam ranah kognitif
2. Memperkecil kemungkinan menebak benar kunci jawaban
3. Dapat dibuat menjadi banyak ragam/variasi bentuk, yakni:
· Variasi jawaban yang benar
· Variasi jawaban yang paling banyak
· Variasi banyak jawaban
· Variasi pernyataan tidak lengkap
· Variasi negatif
· Variasi pengganti
· Variasi alternatif yang tidak lengkap
· Variasi jawaban terpadu.
4. Jawabannya tidak harus mutlak benar, tetapi dapat berupa jawaban yang paling benar, atau dapat pula mengandung jawaban yang semuanya benar
5. Dapat digunakan pada semua jenjang sekolah dan kelas
6. Dapat diskor dengan sangat obyektif
7. Dapat diskor dengan mudah dan cepat
8. Ruang lingkup bahan yang ditanyakan sangat luas. (Suke Silverius, 1991:67-68)


Kelemahanan bentuk tes pilihan ganda

  1. Pokok soal tidak cepat cukup jelas sehingga terdapat kemungkinan ada lebih dari satu jawaban yang benar
  2. Kadang-kadang jawaban soal dapat diketahui siswa meskipun belum diajarkan karena adanya petunjuk jawaban yang benar, atau karena butir soal itu mengukur sikap dan bukan mengukur pengetahuan
  3. Sampai suatu tingkat tertentu keberhasilan atas suatu jawaban dapat diperoleh melalui tebakan
  4. Sulit membuat pengecoh (distraktor) yang berfungsi, yakni yang mempunyai peluang besar untuk dipilih siswa
  5. Membutuhkan waktu yang lama untuk menulis soal-soalnya
  6. Siswa cenderung mengembangkan cara belajar terpisah-pisah menurut bunyi tiap soal. (Suke Silverius, 1991:68-69)
 
Dari tes hasil belajar bentuk esai ataupun pilihan ganda sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tepat digunakan apabila pembuat soal disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya.


3. Bentuk penilaian Lisan

Manfaat evaluasi ini adalah pengajar dapat mengetahui secara pasti tingkat kemampuan siswa dalam memahami bahan ajar yang diberikan. Disisi lain, kelemahan cara ini adalah bahwa disamping cara lisan ini memerlukan waktu yang relative lama, maka dengan cara evaluasi lisan justru meinmbulkan persoalan kalau bahan ajar terkontrol, sehingga ada kesan bahwa pengajar yang menguji bertindak tidak adil.


4. Gabungan ujian lisan dengan tertulis.

Ujian Pilihan Berganda

Dalam ujian pilihan berganda ada dua macam yaitu:
  1. Memilih satu jawaban yang paling benar dari dua alternative pilihan
  2. Memilih satu jawaban yang paling benar dari lebih dari dua alternative pilihan (biasanya lima alternative pilihan).

 

Satu jawaban diantara dua pilihan

Memilih satu diantara dua pilihan ini dikenal dengan istilah true and false question. Dimana siswa harus memilih jawaban “benar” atau “salah”: “ya” atau “tidak”. Dimana peluang benar atau salah untuk masing-masing jawaban adalah 50 persen. 

Maka dalam satu jawaban diantara dua pilihan siswa harus mampu mengorganisasikan pikirannya terhadap pengolahan waktu ini agar semua soal dijawab dengan baik. Ujian lisan ataupun tertulis bukan semata-mata untuk menguji kemampuan siswa saja, akan tetapi ujian lisan dan tertulis memiliki tujuan untuk menyusun proses pengajaran yang dilakukan dan juga tenaga pengajarnya. Hal ini disampaikan oleh Ebel (1958). Menurut Ebel ada beberapa manfaat dari evaluasi pengajaran yang dilakukan didalam proses belajar mengajar, baik evaluasi tertulis maupun lisan, yaitu:
  • Memberikan atau meningkatkan stimulasi kepada pengajar dalam menilai.
  • Memberikan motivasikepada siswa dalam rangka terus meningkatkan ilmu pengetahuan yang ia terima.
  • Memberikan kesempatan kepada pengajar dan siswa untuk mengupayakan agar pengajar dan siswa sama-sama diuntungkan dengan adanya evaluasi yang dilakukan.
  • Meningkatkan proses belajar mengajar secara keseluruhan.

5. Penilaian C-A-P

Cara kedua yang dipakai dalam melakukan evaluasi program atau proyek pendidikan adalah dengan cara analisis Cognitive-Afective-psikomotor, seperti apa yang telah dikemukakan oleh Bloom (dalam More, 1990).

1. Proses kognitif

Menurut taksonomi Bloom, maka jenjang yang perlu dilakukan dalam proses kognitip adalah enam tahapan, yaitu mengukur atau melihat pencapaian dari hal-hal sebagai berikut:
  • Tingkat pemahaman pengetahuan
  • Tingkat komprehensif
  • Kemampuan melakukan aplikasi
  • Kemampuan melakukan analisis
  • Kemampuan melakukan sintesis
  • Kemampuan melakukan evaluasi
Pada teknik ini peserta pelatihan diharapakan sudah dapat menguasai ilmu pengetahuan yang telah diterima selama mengikuti pelatihan.

2. Proses afektif

Pada proses ini peserta pelatihan diharapakan menjadi tertarik untuk melakukan adopsi-inovasi untuk seterusnya sampai suatu pengetahuan yang baru itu benar-benar dipraktikan. Sebelum seseorang menerima (receiving) inovasi, maka ia harus hati-hati untuk bertindak lebih lanjut, apakah inovasi itu dapat dipraktikan atau tidak. Hal ini dapat dimengerti karena setiap tindakan untuk mengambil keputusan melaksanakan adopsi-inovasi, maka ia pun akan menghadapi konsekuensi yang ditimbulkan oleh pengambilan tindakan tersebut. Sehingga hasil akhir dari afektif ini adalah peserta pelatihan dapat menerima inovasi yang mempunyai karketr dan nilai tertentu.

3. Proses psikomotor

Proses ini merupakan proses melanjutkan untuk seterusnya (Adopsi-inovasi). Dalam proses seperti ini siswa berada pada psychomotor domain. untuk dapat melaksanakan suatu inovasi, maka seseorang perlu menguasai, bukan saja ilmu pengetahuan atau informasi dari inovasi tersebut, tetapi juga mempunyai keterampilan (skill) tertentu.
Sehingga dalam kaitannya dengan evaluasi, maka baik dalam tahapan kognitip, afektif, dan psikomotor, masing-masing dapat diukur walau memang relative sulit. Banyak cara pengukuran yang telah dikembangkan antara lain adalah cara CBE ( Competency Based Education ) atau sering pula disebut dengan PBI (Performance Based Instruction) atau sering pula dinamakan CBI (Competency Based Instruction) seperti yang telah dikembangkan oleh Vocational Education Services Indiana University Bloomington (USA) atau oleh institusi lainnya ( Groundland, 1973: Anatasi, 1982; Perry, 1982; Haertel (1985)) dan Moore, 1990).


Fungsi Tes Dalam Sekolah

a. Tes Formatif

Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :
  • Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.
  • Merupakan penguatan bagi peserta didik.
  • Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
  • Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.

b. Tes Sumatif

Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.


c. Tes Penempatan

Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.

d. Tes Diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

E. Analisis Tes

Menganalisis instrument (alat evaluasi) bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan atau yang akan digunakan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, tepat mengukur sesuatu sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Sebuah instrument dikatakan baik jika memenuhi syarat validitas, reliabelitas dan bersifat praktis.

1. Validitas tes

Suatu tes dikatakan valid jika tes itu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid disebut juga sahih, terandalkan atau tepat. Tes hasil belajar yang valid, harus dapat menggambarkan hasil belajar yang di ukur
 
Macam-macam Validitas

a). Validitas isi (content validity)

Penelaahan butir soal secara umum ditinjau dari tiga aspek yaitu:
  • Aspek materi
  • Aspek bahasa
  • Aspek konstruksi

b). Validitas Ramalan (Predictive Validity)

Suatu tes dikatakan memiliki validitas ramalan, apabila hasil pengukuran yang dilakukan dengan tes itu dapat digunakan untuk meramalkan, atau tes itu mempunyai daya prediksi yang cukup kuat. Untuk mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang memiliki validitas ramalan dapat dilakukan dengan mengkorelasikan tes hasil belajar yang sedang diuji dengan kriterium yang ada.

c). Validitas bandingan (concurent validity)

Suatu tes dikatakan memiliki validitas concurrent, apabila tes tersebut mempunyai kesesuaian dengan hasil pengukuran lain yang dilaksanakan saat itu. Misalnya, membandingkan hasil tes dari soal yang sedang dicari validitasnya dengan hasil tes dari soal standar. Jika terdapat korelasi yang positif antara kedua tes tersbut, berarti soal tes yang dibuat mempunyai validitas concurrent.

d). Construct Validity (Validitas konstruk)

Validitas konstruk artinya butir-butir soal dalam tes tersebut membangun setiap aspek berpikir seperti yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Penganalisisan validitas ini dapat dilakukan dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek berpikir yang dikehendaki diungkapkan oleh tujuan pembelajaran, yaitu melalui penelaahan butir-butir soal. Meski terdapat beberapa jenis validitas, dalam periode terakhir validitas dianggap sebagai suatu konsep utuh, tidak dipilah-pilah sebagai jenis validitas.

2. Reliabilitas

Suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu dicobakan kepada objek yang sama secara berulang-ulang maka hasilnya akan tetap sama, konsisten, stabil atau relatif sama. 
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas
  1. Konstruksi item yang tidak tepat, sehingga tidak dapat mempunyai daya pembeda yang kuat.
  2. Panjang/pendeknya suatu instrumen
  3. Evaluasi yang surjektif akan menurunkan reliabilitas
  4. Ketidaktepatan waktu yang diberikan
  5. Kemampuan yang ada dalam kelompok
  6. Luas/tidaknya sampel yang diambil.
 
Teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar

a. Bentuk objektif

1) Metode Belah dua

Dalam pelaksanaanya,seorang penilai hanya melakukan ujian satu kali terhadap sejumlah peserta, sehingga tidak ada pengaruh dari instrumen yang terdahulu. Jumlah butir soal yang diberikan harus genap sehingga dapat dibagi dua dan tiap kelompok mempunyai jumlah butir yang sama. Koefisien reliabilitas akan menunjukkan internal konsistensi dari pada butir soal dalam keseluruhan instrumen. Cara membelah dua instrumen tersebut dapat dilakukan dengan cara nomor genap dan ganjil, awal dan akhir.

2) Metode Ulangan

Pelaksanaannya dilakukan dua kali kepada sejumlah subjek yang sama, dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas metode ulangan ini untuk melihat bagaimana stabilnya skor setiap individu apabila dilakukan pengujian dalam waktu yang berbeda, dengan kondisi dan perlengkapan yang sama/ hampir bersamaan.

3) Metode bentuk Paralel

Bentuk ini dapat digunakan untuk memperkirakan reliabilitas dari semua tipe, tetapi koefisien yang dihasilkan hanya menggambarkan ekivalensi antara kedua instrumen. Tidak akan menunjukkan ekivalensi dalam kesukaran butir dan isi. Kedua bentuk instrumen yang diberikan mengukura hal yang sama, dengan memiliki tingkat kesukaran yang sama, pengetahuan dan keterangpilan yang sama dengan sistematika yang tidak berbeda antara kedua bentuk instrumen tersebut, tetapi dalam bentuk pertanyaan yang berbeda.


Simpulan
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang strait(sifat) atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa. yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi.
  • Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik.
  • Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan.
  • Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan.
Dengan menggunakan jenis-jenis tes yang sebagai berikut:
  • Tes tulis uraian/essay
  • Tes pilihan ganda
  • Tes lisan
  • Tes gabungan antara lisan dan tulisan
  • Tes C-A-P
Dan dengan fungsi-fungsi yang ditentukan berdasarkan teori, sebagai berikut:
  • Tes formatif
  • Tes sumatif
  • Tes penempatan
  • Tes diagnostic
Dan dengan menggunakan metode tesnya, yaitu:
  • Metode validitas
  • Metode reabilitas
×
Artikel Terbaru Update